Teluk Lamong Prospektif Untuk Terminal Domestik
Lamong bay bisa dikembangkan untuk dermaga domestik. Apalagi, tren pangsa muatan domestik kini juga cukup tinggi hal ini ditandai pangsa muatan kapal domestik cukup cerah. Tren peningkatan antar benua (ocean going) untuk wilayah Indonesia Timur atau Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya selama ini kurang dari lima persen, bahkan pada semester pertama tahun 2008 tidak menunjukkan pertumbuhannya, sedangkan antar pulau (inter island) mencapai 15-20 persen setahun.
Apalagi, Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya yang kini tingkat pemanfaatan dermaganya (berth occupancy ratio/BOR) juga telah mencapai 80 persen, atau butuh pengembangan. Karena itu, jika nantinya tren peningkatan pangsa muatan kapal-kapal domestik terus berlanjut, tidak akan terjadi stagnasi (kemacetan) di pelabuhan tersebut sehingga perlu keseimbangan antara fasilitas dan permintaan layanan.
Guna mengantisipasi hal itu, Teluk Lamong yang semula direncanakan untuk pembangunan dermaga internasional ataupun multipurpose, dapat dialihkan dengan pembangunan dermaga domestik. Apalagi, untuk membangun dermaga internasional dibutuhkan biaya sangat besar, sedangkan untuk membangun dermaga domestik relatif tidak terlalu tinggi, sehingga peluang bisa menggandeng investor yang lebih besar.
Surabaya yang diharapkan dapat menjadi pintu perekonomian Indonesia kawasan timur, akan menjadi tempat yang semakin strategis. Contohnya, potensi perekonomian di Kalimantan yang kini berkembang pesat, tentu membutuhkan pelabuhan untuk mendukung pendistribusian barang dari dan ke daerahnya. Kalimantan tidak hanya kaya tambang seperti batu bara, tetapi juga Crude Palm Oil (CPO). Batu bara selama ini banyak didistribusikan ke Jawa untuk pembangkit listrik, sedangkan CPO dipasok untuk industri di Jawa yang dinilai memiliki skala ekonomis lebih besar.
Seperti diketahui, Teluk Lamong telah ditawarkan kepada investor untuk dikembangkan menjadi wilayah pelabuhan bertaraf internasional. Untuk membangun pelabuhan yang diharapkan berkapasitas hingga 1.138.800 twenty equivalent units (teus) tersebut diperkirakan dibutuhkan dana sekitar Rp 2,5 triliun. Pelabuhan itu semula direncanakan akan beroperasi 2009.
Rencana pembangunan pelabuhan bertaraf internasional di Teluk Lamong hingga kini masih menunggu lampu hijau dari Pemerintah pasca UU 17 tahun 2008 tentang Pelayaran, sementara kondisi pelabuhan di Tanjung Perak sudah mencapai titik kejenuhan dalam menghandel kebutuhan barang-barang baik ekspor, impor maupun di dalam negeri.
Kondisi yang sangat mendesak untuk dibangun adalah penyediaan infrastruktur untuk kebutuhan barang antar pulau, mengingat pertumbuhan cukup pesat, sehingga dibutuhkan pelabuhan yang memadai. Selama ini terjadi antrian yang cukup lama di pelabuhan Tanjung Perak, ada antrian yang menunggu barang ada yang menunggu dermaga.
Menurut informasi, persetujuan pengembangan pelabuhan Kali Lamong yang diberikan Presiden hanya terbatas kepada pengembangan pelabuhan seluas 50 hektar. Sementara, konsep awal akan membangun pelabuhan seluas 500 hektar.
Seperti yang diketahui proyek pembangunan Lamong Bay semestinya sudah mulai digarap tahun 2004, tetapi Pemkot Surabaya belum sepaham dengan Pemprop Jatim sehingga terjadi tarik ulur kepentingan. Sementara, informasi dari hasil studi kelayakan PT (Persero) Pelabuhan Indonesia III yang melibatkan akademisi, pengembangan ke arah Teluk Lamong berlokasi di wilayah pemerintah kota Surabaya dan Pemerintah Kabupaten Gresik. Dan wilayah Teluk Lamong dianggap paling pas untuk dijadikan pengembangan Pelabuhan Tanjung Perak.
Konsep pengembangan Pelabuhan direncanakan di lokasi Teluk Lamong (Lamong Bay), didasarkan atas pertimbangan ekonomi yang mendukung program pemerintah daerah dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Selain itu yang lebih penting lagi, sebagai upaya untuk memudahkan jarak transportasi dalam pendistribusian barang dari pelabuhan (Lamong Bay,red) keseluruh wilayah Jatim maupun sebaliknya lebih dekat. Sehingga dapat mengurangi biaya transportasi karena juga didorong akses jalan menuju tol. Sehingga konsep pengembangan pelabuhan akan diarahkan pada pengembangan relokasi industri barang-barang ekspor maupun impor selain untuk kelancaran barang ke wilayah Indonesia Timur.
WAKTU YANG LAMA
Terlepas dari keinginan pemerintah yang positif tersebut, yang jelas keberadaan pelabuhan sangat ditunggu-tunggu oleh pengguna jasa. Mengingat, Pelabuhan Tanjung Perak kini sudah mengalami kejenuhan kegiatan bongkar muat barang dan peti kemas ekspor maupun impor. Pembangunan sebuah pelabuhan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk dapat digunakan, karena melalui beberapa proses atau tahapan pengkajian sampai pembangunan selesai. Diperkirakan, rencana itu hampir memakan waktu 4 tahun lalu, namun perkembangannnya masih pada urusan administrasi atau birokrasi itupun belum ada tanda-tanda selesai. Bermula pembangunan pelabuhan Kali Lamong yang lokasinya berada sebelah barat tepian Kali Lamong menjorok kearah lokasi pantai Karangkering (Gresik-red). Tetapi rencana itu terputus disebabkan Pemkab Gresik kurang mendukungnya.
Akhirnya rencana ini dibelokkan ke wilayah Pemkot Surabaya, karena Walikota Surabaya sangat mendukung. Bahkan Pelabuhan III sudah melakukan studi kelayakan serta dampaknya terhadap lingkungan (amdal). Sebelumnya, rencana tersebut merupakan rencana pengembangan PT. Terminal Peti Kemas Surabaya (TPS), dengan catatan penumpukkan peti kemas sudah tidak memadai lagi yakni mencapai 1,5 juta teus.
Di TPS arus peti kemas mencapai 1,1 juta teus, sementara kapasitas lapangan penumpukkan setelah ada perluasan lahan mencapai 1,5 juta teus. Sehingga, rencana pengembangan pelabuhan petikemas diprediksikan 5 tahun mendatang.
Selain itu, pembangunan pelabuhan yang bertaraf internasional membutuhkan biaya yang cukup besar investasinya. Kebutuhan untuk kegiatan kapal petikemas sendiri, diperlukan dermaga sepanjang 300 sampai 500 meter. Kedalaman minus 10 meter lebih. Karena panjang kapal petikemas anatara 140 meter sampai 175 meter. Selain dilengkapi CY (Container Yard) juga CC (Container Crane) dan RTG (Ruber Tyred Gantry) dan sarana penunjang lainnya.
Sementara walikota Surabaya, Bambang DH dalam kesempatan lain mengemukakan, sangat mendukung. Karena, dengan adanya pelabuhan akan terjadi relokasi industri-industri yang mengarah produksinya untuk ekspor. Juga kegiatan yang mendatangkan bahan baku untuk pabrik tersebut. Dari perhitungan efisiensi, tentu di Pelahuhan Lamong Bay sangat efisiensi. Sehingga dalam persaingan global, akan dapat bersaing dengan produk luar negeri.
Kaitannya dengan otonomi daerah, kata Bambang DH pihaknya tidak cepat-cepat untuk meminta anggaran untuk sektor PAD. Melainkan sebaliknya memberikan kemudahan perijinan kepada calon investor baru. Sehingga industri yang ada di Lamong Bay dapat dimanfaatkan sepenuhnya oleh investor. Bilamana sudah berkembang industri akan mendatangkan juga nilai tambahnya.
Selain penyerapan tenaga kerja, juga akan tumbuh perdagangan dari multiplier efeknya. Masyarakat Surabaya terutama di kawasan Surabaya Utara akan menikmati secara tidak langsung. Pasokan kebutuhan akan industri baru nantinya akan terlihat juga. Sekarang memang belum terpikirkan, kebutuhan apa saja untuk industri baru tersebut.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar